Bedah Buku
GEGER NUSANTARA
Terungkapnya Misteri Gajah Mada
Dan
Terbentuknya Nusantara
Setelah Launching buku Geger Nusantara,
Terungkapnya Misteri Gajah Mada dan terbentuknya Nusantara (Geger Nusantara)karya
Iwan Pranajaya dan Surya Majapahit tgl. 2 Mei 2015, hal yang paling ditunggu
adalah Bedah bukunya. Bedah Buku ini menjadi sangat penting bagi Surya
Majapahit, untuk memberikan sebuah gambaran tentang adanya Cara Baca Perlambang
kepada Akademisi, terutama Universitas udayana sebagai Universitas yang terbesar
di Bali.
Bertepatan dengan Dies natalis
Universitas udayana yang ke-53, Surya Majapahit diberi kesempatan untuk melakukan Bedah buku
Geger Nusantara di Ruang Aula Fakultas Ilmu Budaya universitas Udayana, melalui
Pusat Kajian Bali tanggal 23 September 2015.
Terimakasih kami ucapkan kepada
Bapak Prof. DR.Dr Ketut Suastika (Rektor Universitas udayana), Bapak Prof. Dr.
Phil. I Ketut Ardana, M.A (Ketua Pusat Kajian Bali ) yang telah memfasilitasi
acara ini, sehingga terselengara dengan baik.
Buku Geger nusantara ini dibahas
oleh : Prof. Dr. A.A Bagus Wirawan, S.U., Dr. Putu Sendratari dan Drs. IGN Tara
Wiguna serta dihadiri oleh para Akademisi dan Semeton Surya Majapahit.
- Sambutan Ketua Panitia Seminar/ Ketua Pusat Kajian Bali : Prof. Dr. Phill. I Ketut Ardhana, M.A
Yang menarik dan penting dari Iwan Pranajaya adalah sebuah sumbangan pemikiran
yang beliau lakukan berdasarkan pengamatan di lapangan, dan ini adalah suatu bentuk ujian bagi para arkeolog kita untuk
melihat seberapa jauh bisa melihat karya-karya seperti ini. Saya kira ini luar
biasa pak rektor ..!!
Masa kini dan masa yang akan
datang kita akan banyak menghadapi
persoalan persoalan budaya, persoalan arkeologi dan berbagai interpretasi, terutama
di dalam bagaimana seorang arkeolog itu tidak hanya berhenti berkarya Ketika tidak ada data-data arkeolog . Inilah
celah dan saya kira kontribusi besar yang disampaikan bapak Iwan sehingga ini
membuka perhatian dan juga mata kita di dlm kajian seperti ini untuk menilai ,
menjustifikasi dan memposisikan di dalam
sederetan banyak karya ilmiah di bidang arkeologi , sehingga kita bisa melihat,
apa sich pandangan masyarakat tentang situs budaya. Saya kira hal ini tidak
bisa dikerjakan oleh orang awam biasa. Hal ini sangat kita apresiasi, oleh
karena itu pada hari ini, pada acara bedah buku yang sangat penting ini kami
juga berterimakasih kepada bapak rektor yang sudah memberikan perhatian
terhadap tulisan-tulisan seperti ini tidak hanya tulisan yang sifatnya berskala
besar tetapi juga dari seorang pengamat budaya di daerah yang bisa memberikan
kontribusinya di dalam pemahaman arkeologi kita. Hal ini perlu kita bahas,
tentu hal-hal yang berkaitan dengan :
1. Seberapa
jauh nilai ketelitian dalam bidang
arkeologi menerima karya ini.
Karena kita di dunia akademik tentu kita melihat dari metodologi arkeolog.
2. Apakah
karya seperti ini tidak hanya mempunyai
kelemahan tetapi juga kelebihan - kelebihannya, di dalam memberikan suatu
sumbangan dan bagaimanapun juga sebuah penelitian itu tidak berhenti sehingga kita memiliki gambaran terhadap
perkembangan sebuah masyarakat di masa
lalu.
Ini adalah media yang sangat
penting bagi para arkeolog dan para mahasiswa yang bergelut dalam hal ini, ya
saya kira tidak hanya berhenti sampai disini, dan juga bisa dikembangkan di
masa yang akan datang.
- Sambutan Rektor Unud Bapak Prof Dr. Dr. Ketut Suastika.
Ini adalah sebuah Momen yang
sangat menarik menurut saya terutama dalam dalam bidang arkeologi yaitu Bedah buku Geger Nusantara. Pada saat
Iwan datang kepada saya mungkin setahun yang lalu mengutarakan “temuannya”,
saya langsung teringat, bahwa seorang arkeologi itu sama dengan seorang Dokter, tidak pernah melihat langsung.
Seorang Arkeologi tidak pernah melihat langsung kejadian ribuan tahun, yang
dilihat adalah tanda-tandanya. Seorang Dokterpun tidak langsung dapat melihat
langsung penyakit pasiennya. Seorang Dokter hanya bisa melihat tanda-tanda dari
pasiennya. Jadi sesungguhnya Baik Arkeolog maupun Dokter, sepintar apapun tidak
pernah tahu sesungguhnya secara mutlak. Munculnya beberapa ilmu lain selain
Ilmu Kedokteran (Kedokteran dianggap ilmu modern), ternyata Ilmu pengetahuan
yang kita pelajari masih banyak kekurangannya, tidak bisa mengungkap seluruh ilmu
yang ada ataupun seluruh penyakit.Kemudian muncul Ilmu Kedokteran Alternatif, dari dukun yang
menggunakan suatu media seperti halnya tusuk jarum (akupuntur). Akupuntur yang
dulunya mungkin sebagai alternatif yang belum dapat dipercaya,tetapi sekarang
sudah menjadi sebuah ilmu dan bahkan menjadi ilmu kedokteran, dan bahkan ada
spesialis akupuntur. Dan bahkan Ilmu
kedokteranpun tidak dapat menjelaskan mekanisme dari akupuntur, tetapi itu suatu fakta yang bisa
dipelajari/diilmiahkan. Mungkin sama halnya dengan para Arkeologi yang
menggunakan metode klasik sebagai suatu pendekatan ilmu pengetahuan, tapi ini ada sisi dimana adanya
orang yang awam dalam bidang arkeologi tetapi mendapatkan sesuatu dari
observbasi yang dialami. Dan bahkan observasi ini sedemikian rupa dan bahkan
telah membuat rentetan-rentetan bukti-bukti
yang bisa menjadi bahan yang bisa
menjadi acuan untuk menarik suatu
kesimpulan. Jadi saya melihat bahwa apa
yang diobservasi ini persis seperti
pendekatan ilmu. Walaupun mungkin pendekatannya sedikit beda. Menariknya
ada disini tentunya, jadi bagaimana seorang awam dalam bidang arkeologi, awam
dalam artian tidak terdidik secara formal di bidang arkeologi, mengamati
hal-hal peninggalan , bisa nanti dilihat
oleh teman-teman kita yang mempunyai pendidikan formal di bidang arkeologi.
Mudah-mudahan nanti ada titik temu, dan apapun yang dihasilkan oleh saudara
Iwan dan teman-teman adalah sesuatu yang sangat menarik untuk dibahas. Boleh sebagai ilmuwan kita
apriory, karena memang dasarnya ilmuwan itu adalah apriory artinya tidak
percaya dulu. Semoga ungkapan-ungkapan ataupun observasi-observasi yang nanti
disampaikan oleh Iwan dan teman-teman mudah-mudahan memberikan masukan buat
kita semua, khususnya bagi teman-teman yang bekerja dalam bidang arkeologi. Dan
mudah-mudahan ini dapat menjadi ilmu pengetahuan baru yang dapat kita terapkan
dalam bidang arkeologi. Itulah sebabnya saya sangat antusias untuk melakukan
bedah buku ini, dari fakultas sastra tentunya saya memberikan apresiasi dan
penghormatan yang tinggi kepada Iwan
yang notabene awam “bukan dalam pendidikan formal“ ini berani masuk ke ruang
yang memiliki bidang yang formal di bidang arkeologi.
Demikian sekilas kami sampaikan
tentang bedah buku “GEGER NUSANTARA”. Tidak lupa kami sampaikan terimakasih
kepada Semeton Forum Surya Majapahit yang selama ini telah berkontribusi besar
dalam bersama sama menelusuri jejak-jejak peninggalan Sejarah di Pura-pura yang
ada di Bali. Tetap semangat menyuarakan kebenaran, dan semoga apa yang kita
cita-citakan tentang Bali menjadi kenyataan. Salam Surya Majapahit.
www.suryamajapahit.org