Social Icons

Rabu, 14 Januari 2015

TAKSU BALI

Bali memiliki banyak tempat wisata alam seperti pantai, gunung, danau dan sungai. Bali juga memiliki tempat wisata spiritual seperti Pura, mata air suci dan juga tempat suci lainnya. Belakangan juga muncul tempat wisata buatan baru seperti Kebun binatang, Restauran, Hotel dan Cafe/Bar yang menjadi permasalahn baru bagi Bali.
Pembangunan Hotel dan tempat wisata baru semakin marak belakangan ini, sehingga banyak tanah pertanian beralih fungsi menjadi perumahan atau hotel.  Dengan adanya objek wisata baru, jati diri pulau Bali akan semakin pudar, karena orang yang datang ke Bali hanya untuk melihat tempat wisata buatan baru dan daya tarik bali yang awalnya pada adat dan budaya akan semakin hilang. Tentu kita tidak ingin hal itu terjadi, para investor datang ke Bali hanya untuk memanfaatkan ketenaran bali untuk mengeruk keuntungan dan ketika semua yang bisa diambil dari Bali habis, maka mereka akan meninggalkan Bali dengan segudang masalah yang akan muncul.
Maka perlu kiranya kita untuk menahan laju daripada perkembangan pariwisata karena itu sangat berdampak buruk pada Bali ke depannya.
Daya tarik adat dan budaya Bali adalah sesuatu yang wajib dan harus dipertahankan. Pusat kegiatan adat dan budaya akan bisa bertahan selama kita bisa mempertahankan dan menjaga pura-pura yang ada, karena pusat segala kegiatan adat dan budaya adalah di Pura. Maka di pura  terletak Taksu Bali.
Pura-pura di Bali sudah banyak kehilangan Taksu atau daya magisnya, karena kebanyakan pura sudah dipugar dan diganti dengan bangunan baru. Kenapa Taksu pura itu bisa hilang? Padahal sudah diganti yang baru, sudah diupacarai dengan biaya yang besar dan sudah dibuat sesuai keinginan masyarakat ataupun pemberi dana pembangunan. Bangunan pura yang baru dibuat dengan megah, tapi terasa kosong. Apa yang salah ?
Taksu seorang penari akan ada bila dia bisa menyatukan pikirannya dengan tarian yang dibawakannya, dia bisa menjiwai ataupun merasakan pada setiap gerakan denyut nadi sang pembuat tarian, ekspresi wajah yang menunjukkan kegembiraan ataupun kesedihan selaras dengan bunyi gamelan  yang kadang menghentak atau mengalun sendu.
Demikian pula taksu sebuah pura akan ada bila kita bisa mengetahui ataupun membaca maksud dari sang pembuat pura tersebut, yang dicerminkan dalam bentuk ruang bangunan, ukiran ataupun perlambang, patung-patung yang menghiasi dan juga pertima yang menjadi sungsungannya. Ketika bangunan di pura tersebut dirombak dengan menghilangkan unsur tata letak, ukiran atau perlambang, patung yang menghiasi dan bahkan mengganti pertima sebelumnya, maka niscaya Taksu pura tersebut akan hilang. Hilangnya taksu pura karena hilangnya kisah atau cerita yang ingin disampaikan oleh si pembuat pura. Dan itu akan menghilangkan sejarah yang mana sejarah bisa dijadikan pegangan untuk kehidupan selanjutnya. Ketika sejarah hilang maka adat budaya pendukungnyapun akan memudar. Maka hilanglah daya tarik yang disebut taksu Bali tersebut.
Untuk membuat Bali tetap memiliki daya tarik pariwisata, kita tidak perlu berlomba untuk membuat obyek wisata buatan baru, karena cukup dengan menjaga Taksu Bali atau menjaga keaslian pura-pura yang ada di Bali, daya Tarik bali tidak akan pernah sirna. Dan ketika kisah di setiap pura di Bali bisa dikaitkan satu dengan yang lain menjadi sebuah cerita maka Taksu Bali akan makin bersinar.
Adakah sesungguhnya cerita yang terkait antara pura-pura yang ada di Bali sebagai Taksunya Bali?
mari kita tunggu ...


Salam

dekbud@suryamajapahit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
 
Blogger Templates