Bali
memiliki banyak tempat wisata alam seperti pantai, gunung, danau dan sungai.
Bali juga memiliki tempat wisata spiritual seperti Pura, mata air suci dan juga
tempat suci lainnya. Belakangan juga muncul tempat wisata buatan baru seperti
Kebun binatang, Restauran, Hotel dan Cafe/Bar yang menjadi permasalahn baru
bagi Bali.
Pembangunan Hotel dan tempat wisata baru semakin marak
belakangan ini, sehingga banyak tanah pertanian beralih fungsi menjadi
perumahan atau hotel. Dengan adanya
objek wisata baru, jati diri pulau Bali akan semakin pudar, karena orang yang
datang ke Bali hanya untuk melihat tempat wisata buatan baru dan daya tarik
bali yang awalnya pada adat dan budaya akan semakin hilang. Tentu kita tidak
ingin hal itu terjadi, para investor datang ke Bali hanya untuk memanfaatkan
ketenaran bali untuk mengeruk keuntungan dan ketika semua yang bisa diambil
dari Bali habis, maka mereka akan meninggalkan Bali dengan segudang masalah
yang akan muncul.
Maka perlu kiranya kita untuk menahan laju daripada perkembangan pariwisata karena itu sangat berdampak buruk pada Bali ke depannya.
Maka perlu kiranya kita untuk menahan laju daripada perkembangan pariwisata karena itu sangat berdampak buruk pada Bali ke depannya.
Daya tarik adat dan budaya Bali adalah sesuatu yang wajib
dan harus dipertahankan. Pusat kegiatan adat dan budaya akan bisa bertahan
selama kita bisa mempertahankan dan menjaga pura-pura yang ada, karena pusat
segala kegiatan adat dan budaya adalah di Pura. Maka di pura terletak Taksu Bali.
Pura-pura di Bali sudah banyak kehilangan Taksu atau daya
magisnya, karena kebanyakan pura sudah dipugar dan diganti dengan bangunan baru.
Kenapa Taksu pura itu bisa hilang? Padahal sudah diganti yang baru, sudah
diupacarai dengan biaya yang besar dan sudah dibuat sesuai keinginan masyarakat
ataupun pemberi dana pembangunan. Bangunan pura yang baru dibuat dengan megah,
tapi terasa kosong. Apa yang salah ?
Taksu seorang penari akan ada bila dia bisa menyatukan
pikirannya dengan tarian yang dibawakannya, dia bisa menjiwai ataupun merasakan
pada setiap gerakan denyut nadi sang pembuat tarian, ekspresi wajah yang
menunjukkan kegembiraan ataupun kesedihan selaras dengan bunyi gamelan yang kadang menghentak atau mengalun sendu.
Demikian pula taksu sebuah pura akan ada bila kita bisa
mengetahui ataupun membaca maksud dari sang pembuat pura tersebut, yang
dicerminkan dalam bentuk ruang bangunan, ukiran ataupun perlambang,
patung-patung yang menghiasi dan juga pertima yang menjadi sungsungannya.
Ketika bangunan di pura tersebut dirombak dengan menghilangkan unsur tata
letak, ukiran atau perlambang, patung yang menghiasi dan bahkan mengganti
pertima sebelumnya, maka niscaya Taksu pura tersebut akan hilang. Hilangnya taksu pura karena hilangnya kisah atau cerita yang ingin disampaikan oleh si
pembuat pura. Dan itu akan menghilangkan sejarah yang mana sejarah bisa
dijadikan pegangan untuk kehidupan selanjutnya. Ketika sejarah hilang maka adat budaya pendukungnyapun akan memudar. Maka hilanglah daya tarik yang disebut taksu Bali tersebut.
Untuk membuat Bali tetap memiliki daya tarik pariwisata,
kita tidak perlu berlomba untuk membuat obyek wisata buatan baru, karena cukup
dengan menjaga Taksu Bali atau menjaga keaslian pura-pura yang ada di Bali, daya Tarik bali tidak akan pernah sirna. Dan ketika kisah di setiap pura di
Bali bisa dikaitkan satu dengan yang lain menjadi sebuah cerita maka Taksu Bali
akan makin bersinar.
Adakah sesungguhnya cerita yang terkait antara pura-pura yang ada di Bali sebagai Taksunya Bali?
mari kita tunggu ...
Adakah sesungguhnya cerita yang terkait antara pura-pura yang ada di Bali sebagai Taksunya Bali?
mari kita tunggu ...
Salam
dekbud@suryamajapahit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar