Social Icons

GEGER NUSANTARA!!!

Sabtu, 24 Oktober 2015

Bedah Buku
GEGER NUSANTARA
Terungkapnya Misteri Gajah Mada
Dan
Terbentuknya Nusantara



Setelah Launching buku Geger Nusantara, Terungkapnya Misteri Gajah Mada dan terbentuknya Nusantara (Geger Nusantara)karya Iwan Pranajaya dan Surya Majapahit tgl. 2 Mei 2015, hal yang paling ditunggu adalah Bedah bukunya. Bedah Buku ini menjadi sangat penting bagi Surya Majapahit, untuk memberikan sebuah gambaran tentang adanya Cara Baca Perlambang kepada Akademisi, terutama Universitas udayana sebagai Universitas yang terbesar di Bali.
Bertepatan dengan Dies natalis Universitas udayana yang ke-53, Surya Majapahit  diberi kesempatan untuk melakukan Bedah buku Geger Nusantara di Ruang Aula Fakultas Ilmu Budaya universitas Udayana, melalui Pusat Kajian Bali tanggal 23 September 2015.
Terimakasih kami ucapkan kepada Bapak Prof. DR.Dr Ketut Suastika (Rektor Universitas udayana), Bapak Prof. Dr. Phil. I Ketut Ardana, M.A (Ketua Pusat Kajian Bali ) yang telah memfasilitasi acara ini, sehingga terselengara dengan baik.
Buku Geger nusantara ini dibahas oleh : Prof. Dr. A.A Bagus Wirawan, S.U., Dr. Putu Sendratari dan Drs. IGN Tara Wiguna serta dihadiri oleh para Akademisi dan Semeton Surya Majapahit.

Berikut kami sampaikan beberapa kutipan acara Bedah Buku Geger nusantara.



  1. Sambutan Ketua Panitia Seminar/ Ketua Pusat Kajian Bali : Prof. Dr. Phill. I Ketut Ardhana, M.A
Yang menarik dan penting  dari Iwan Pranajaya adalah sebuah sumbangan pemikiran yang beliau lakukan berdasarkan pengamatan di lapangan, dan ini adalah suatu  bentuk ujian bagi para arkeolog kita untuk melihat seberapa jauh bisa melihat karya-karya seperti ini. Saya kira ini luar biasa pak rektor ..!!
Masa kini dan masa yang akan datang kita akan banyak  menghadapi persoalan persoalan budaya, persoalan  arkeologi dan berbagai interpretasi, terutama di dalam bagaimana seorang arkeolog itu tidak hanya berhenti berkarya  Ketika tidak ada data-data arkeolog . Inilah celah dan saya kira kontribusi besar yang disampaikan bapak Iwan sehingga ini membuka perhatian dan juga mata kita di dlm kajian seperti ini untuk menilai , menjustifikasi  dan memposisikan di dalam sederetan banyak karya ilmiah di bidang arkeologi , sehingga kita bisa melihat, apa sich pandangan masyarakat tentang situs budaya. Saya kira hal ini tidak bisa dikerjakan oleh orang awam biasa. Hal ini sangat kita apresiasi, oleh karena itu pada hari ini, pada acara bedah buku yang sangat penting ini kami juga berterimakasih kepada bapak rektor yang sudah memberikan perhatian terhadap tulisan-tulisan seperti ini tidak hanya tulisan yang sifatnya berskala besar tetapi juga dari seorang pengamat budaya di daerah yang bisa memberikan kontribusinya di dalam pemahaman arkeologi kita. Hal ini perlu kita bahas, tentu hal-hal yang berkaitan dengan :
1.       Seberapa jauh nilai ketelitian dalam bidang  arkeologi  menerima karya ini. Karena kita di dunia akademik tentu kita melihat dari metodologi arkeolog.
2.       Apakah karya seperti  ini tidak hanya mempunyai kelemahan tetapi juga kelebihan - kelebihannya, di dalam memberikan suatu sumbangan dan bagaimanapun juga sebuah penelitian itu tidak berhenti  sehingga kita memiliki gambaran terhadap perkembangan sebuah  masyarakat di masa lalu.
Ini adalah media yang sangat penting bagi para arkeolog dan para mahasiswa yang bergelut dalam hal ini, ya saya kira tidak hanya berhenti sampai disini, dan juga bisa dikembangkan di masa yang akan datang.


  1. Sambutan Rektor Unud Bapak  Prof Dr. Dr. Ketut  Suastika.
Ini adalah sebuah Momen yang sangat menarik menurut saya terutama dalam dalam bidang arkeologi  yaitu Bedah buku Geger Nusantara. Pada saat Iwan datang kepada saya mungkin setahun yang lalu mengutarakan “temuannya”, saya langsung teringat, bahwa seorang arkeologi itu sama dengan seorang  Dokter, tidak pernah melihat langsung. Seorang Arkeologi tidak pernah melihat langsung kejadian ribuan tahun, yang dilihat adalah tanda-tandanya. Seorang Dokterpun tidak langsung dapat melihat langsung penyakit pasiennya. Seorang Dokter hanya bisa melihat tanda-tanda dari pasiennya. Jadi sesungguhnya Baik Arkeolog maupun Dokter, sepintar apapun tidak pernah tahu sesungguhnya secara mutlak. Munculnya beberapa ilmu lain selain Ilmu Kedokteran (Kedokteran dianggap ilmu modern), ternyata Ilmu pengetahuan yang kita pelajari masih banyak kekurangannya, tidak bisa mengungkap seluruh ilmu yang ada ataupun seluruh penyakit.Kemudian muncul  Ilmu Kedokteran Alternatif, dari dukun yang menggunakan suatu media seperti halnya tusuk jarum (akupuntur). Akupuntur yang dulunya mungkin sebagai alternatif yang belum dapat dipercaya,tetapi sekarang sudah menjadi sebuah ilmu dan bahkan menjadi ilmu kedokteran, dan bahkan ada spesialis akupuntur.  Dan bahkan Ilmu kedokteranpun tidak dapat menjelaskan mekanisme dari akupuntur, tetapi  itu suatu fakta yang bisa dipelajari/diilmiahkan. Mungkin sama halnya dengan para Arkeologi yang menggunakan metode klasik sebagai suatu pendekatan  ilmu pengetahuan, tapi ini ada sisi dimana adanya orang yang awam dalam bidang arkeologi tetapi mendapatkan sesuatu dari observbasi yang dialami. Dan bahkan observasi ini sedemikian rupa dan bahkan telah membuat rentetan-rentetan bukti-bukti  yang bisa menjadi bahan  yang bisa menjadi acuan untuk  menarik suatu kesimpulan.  Jadi saya melihat bahwa apa yang diobservasi ini persis seperti  pendekatan ilmu. Walaupun mungkin pendekatannya sedikit beda. Menariknya ada disini tentunya, jadi bagaimana seorang awam dalam bidang arkeologi, awam dalam artian tidak terdidik secara formal di bidang arkeologi, mengamati hal-hal  peninggalan , bisa nanti dilihat oleh teman-teman kita yang mempunyai pendidikan formal di bidang arkeologi. Mudah-mudahan nanti ada titik temu, dan apapun yang dihasilkan oleh saudara Iwan dan teman-teman adalah sesuatu yang sangat menarik  untuk dibahas. Boleh sebagai ilmuwan kita apriory, karena memang dasarnya ilmuwan itu adalah apriory artinya tidak percaya dulu. Semoga ungkapan-ungkapan ataupun observasi-observasi yang nanti disampaikan oleh Iwan dan teman-teman mudah-mudahan memberikan masukan buat kita semua, khususnya bagi teman-teman yang bekerja dalam bidang arkeologi. Dan mudah-mudahan ini dapat menjadi ilmu pengetahuan baru yang dapat kita terapkan dalam bidang arkeologi. Itulah sebabnya saya sangat antusias untuk melakukan bedah buku ini, dari fakultas sastra tentunya saya memberikan apresiasi dan penghormatan yang tinggi  kepada Iwan yang notabene awam “bukan dalam pendidikan formal“ ini berani masuk ke ruang yang memiliki bidang yang formal di bidang arkeologi.

Demikian sekilas kami sampaikan tentang bedah buku “GEGER NUSANTARA”. Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada Semeton Forum Surya Majapahit yang selama ini telah berkontribusi besar dalam bersama sama menelusuri jejak-jejak peninggalan Sejarah di Pura-pura yang ada di Bali. Tetap semangat menyuarakan kebenaran, dan semoga apa yang kita cita-citakan tentang Bali menjadi kenyataan. Salam Surya Majapahit.





www.suryamajapahit.org

Senin, 20 April 2015

Surya Majapahit di Forum Bali Bebas Bicara Apa Saja


Iwan Pranajaya dan Surya Majapahit tak henti henti menyuarakan tentang penyelamatan dan pelestarian Pura-pura tua yang tersebar di seluruh Bali. Hal ini merupakan hal yang sangat penting bagi Iwan Pranajaya dan Surya Majapahit karena penemuan cara baca perlambang Pura oleh Iwan Pranajaya yang menganggap bahwa Ornamen-ornamen yang berada di Pura adalah sebuah data sejarah yang dapat mengurai sejarah Bali dan Majapahit. Penyampaian aspirasi kepada Pemerintah daerah Bali melalui Forum Bali bebas Bicara tanggal 5 Juni 2016 adalah kelanjutan dari penyampaian pada acara Simakrama sebelumnya tanggal 2 April 2016. Kegelisahan dari Forum Surya Majapahit tidak lepas dari sangat masifnya perubahan-perubahan pada Pura-pura di Bali menggunakan bahan Batu Hitam, yang tidak sesuai dengan bahan sebelumnya. Disamping bahan batu Hitam ini tidak sesuai, secara tidak langsung akan menghilangkan ornamen-ornamen yang ada sebelumnya, karena sifat Batu Hitam yang sangat sulit diukir. Dana-dana Bansos ke tiap Desa banyak digunakan untuk merenovasi Pura-pura yang sebagian besar menghilangkan/merubah bentuk sebelumnya. Dana-dana bansos yang diberikan sebaiknya digunakan untuk dana bergulir , tidak untuk merubah pura yang kondisinya masih baik. Tentunya hal ini perlu penyadaran kepada masyarakat, dan kami selaku Tim Surya Majapahit menganggap Pemerintah Daerah Bali memiliki kepentingan dan juga wewenang dalam menghimbau masyarakat untuk menjaga kelestarian Pura-pura di Bali. Dengan adanya Perda ataupun Pergub yang mengatur pelestarian Pura akan sangat memberi pengaruh besar dalam menjaga Taksu Bali sebagaimana yang selalu didengungkan oleh Pemerintah Bali. Dengan segala keterbatasan, Iwan Pranajaya dan Surya Majapahit akan selalu mendengungkan penyelamatan Pura, Save pura=Save Bali. Semoga Pemerintah Propinsi Bali melalui Bapak Gubernur Bali Mangku Pastika mempunyai solusi dalam program pelestarian  dan penyelamatan Pura ini.
28juli2016 by SM03

Buku Geger Nusantara


Cara Pemesanan Buku " Geger Nusantara "
* Handphone : 087861915709 
* Facebook    : Made Budiartha
Kirim SMS/Inbox/Pesan dengan format : Nama/No.Hp/Alamat/ Jumlah pesanan

Harga buku : Rp. 125.000,- (belum termasuk ongkos kirim)
Transfer ke rekening :
Bank BCA ,
No.acc 7730319899
an. I Made Budiartha,ST
Bank BRI,
                                                                                    No.acc. 722001004216537
                                                                                    an. I Made Budiartha,ST


Selasa, 03 Februari 2015

Keagungan Sejarah Pura Nteghana yang terlupakan

Pura Ntegana Dalem Aban terletak di Desa Adat Tegal Darmasaba, Badung, Bali. Banyak yang tidak tahu jika Pura Ntegana menyimpan kisah sejarah yang sangat tua, terkait kehadiran Tokoh-Tokoh besar pada jaman Kerajaan Bali, Pajajaran dan Majapahit. Sesuai hasil pembacaan perlambang dan metode yang masih dirahasiakan oleh Iwan Pranajaya, pimpinan Forum Surya Majapahit, tercatat kehadiran Raden Wijaya, Raja Udayana, Kebo Iwa, Waturenggong, dan tokoh-tokoh besar lainnya pada masa itu. Kehadiran mereka terkait dengan keberadaan tempat tersebut yang menjadi Pusat Pembelajaran Raja-Raja untuk mempelajari Ilmu Spiritual Ghanapati, atau ilmu kesetiaan dan kebijaksanaan. Proses pembacaan perlambang di Pura tersebut juga disaksikan oleh Jro Mangku serta beberapa warga pengempon Pura Ntegana. Dari hasil diskusi yang dilakukan setelah proses pembacaan, warga pengempon sangat berharap agar Pura Ntegana tersebut bisa mendapat perhatian pemerintah, khususnya dengan menjadikan Pura tersebut sebagai Pura Kahyangan Jagat sesuai kebesaran sejarah yang ada di Pura tersebut. 

Salam Surya Majapahit!!!

By. Iwan Pranajaya - Surya Majapahit

Jumat, 23 Januari 2015

MAJAPAHIT RIWAYATMU KINI

Sejarah Majapahit sudah kita dengar sejak duduk di bangku sekolah dasar. Guru kita mengajarkan bahwa  Majapahit  adalah kerajaan Hindu terbesar yang pernah ada di seluruh Nusantara. Majapahit terkenal dengan Mahapatih Gajah Mada yang mengumandangkan Sumpah Palapa dalam usaha beliau menyatukan Nusantara. Majapahit adalah kerajaan Hindu yang pusatnya di Jawa Timur. Majapahit juga dikenal dengan adanya kitab Negarakertagama yang dikarang oleh Mpu Prapanca. Kitab Negarakertagama, Pararaton, dan Babad-babad yang berkembang baik dari cerita rakyat maupun salinan lontar kemudian dijadikan pedoman oleh para sejarawan untuk menetapkan ataupun menyepakati bahwa kerajaan Majapahit itu ada di Jawa. Kemudian dengan ditemukannya Situs di Trowulan seakan semakin menguatkan keyakinan sejarawan bahwa Kerajaan Majapahit itu berpusat di Trowulan, Jawa Timur. Sampai disini kita semua percaya tanpa bisa membantahnya, walaupun sampai sekarang keberadaan kerajaan Majapahit itu masih misteri.

Rabu, 14 Januari 2015

TAKSU BALI

Bali memiliki banyak tempat wisata alam seperti pantai, gunung, danau dan sungai. Bali juga memiliki tempat wisata spiritual seperti Pura, mata air suci dan juga tempat suci lainnya. Belakangan juga muncul tempat wisata buatan baru seperti Kebun binatang, Restauran, Hotel dan Cafe/Bar yang menjadi permasalahn baru bagi Bali.
Pembangunan Hotel dan tempat wisata baru semakin marak belakangan ini, sehingga banyak tanah pertanian beralih fungsi menjadi perumahan atau hotel.  Dengan adanya objek wisata baru, jati diri pulau Bali akan semakin pudar, karena orang yang datang ke Bali hanya untuk melihat tempat wisata buatan baru dan daya tarik bali yang awalnya pada adat dan budaya akan semakin hilang. Tentu kita tidak ingin hal itu terjadi, para investor datang ke Bali hanya untuk memanfaatkan ketenaran bali untuk mengeruk keuntungan dan ketika semua yang bisa diambil dari Bali habis, maka mereka akan meninggalkan Bali dengan segudang masalah yang akan muncul.

Minggu, 11 Januari 2015

PURA KEHEN

Pura Kehen terletak di wilayah Kabupaten Bangli, Bali.
Pura ini wilayahnya dibatasi oleh bukit Bangli di sebelah utara dan kota Bangli di sebelah selatannya. Pura Kehen adalah pura terbesar ketiga di Bali, memiliki keunikan arsitektur bangunan dan juga ukirannya yang sangat kuna. Tidak mengherankan  Pura Kehen menjadi tempat tujuan wisatawan manca negara karena keindahan bentuk bangunannya dengan berlatarkan bukit Bangli yang hijau.

Dibalik kemegahan dan keagungan Pura Kehen, ternyata pura ini menyimpan cerita yang sangat indah yang tersembunyi dan tetap menjadi rahasia diantara ukiran dan perlambang yang bercerita tentang keindahan sebuah kerajaan besar yang pernah ada di Bali. 

Kerajaan apakah itu ?
 
 
Blogger Templates